Tag: Vladimir Putin

Boris Mints Menentang Keras Kepemimpinan Vladimir Putin

Boris Mints Menentang Keras Kepemimpinan Vladimir Putin – Kisruh politik yang hingga kini terjadi di Rusia rupanya semakin membesar. Hal tersebut memicu salah seorang miliarder ternama Rusia, Boris Mints menentang keras masa kepemimpinan Presiden Rusia, Vladimir Putin yang bermotif memperluas invasi ke seluruh titik Ukraina.

Seperti yang diterangkan Suara, Sabtu (130822), peperangan yang terjadi di Ukraina mendesak seluruh warga sekitar untuk tetap mengamankan diri dari berbagai ancaman dan menghindari wilayah Kremlin.

Menurut pandangan Mints, sebab terjadinya masalah tersebut berawal dari kasus kerja sama antar negara yang masih belum tercapai secara merata. Semua warga tersebut lebih memilih untuk diam bukan karena takut, tapi mereka ingin mendapatkan jaminan keamanan secara pasti.

Diketahui bahwa benteng pertahanan Kremlin tidak pandang bulu terhadap luncuran invasi dari negara manapun. Apalagi mereka tengah menyiapkan rencana khusus untuk menghentikan pasukan Putin.

Jika melihat unjuk rasa yang terjadi pada tahun 2014 silam, pemerintah Ukraina melarang keras untuk mengadakan kampanye atau konvoi yang melibatkan sejumlah pihak dalam urusan perang.

Tapi Mints menegaskan kalau semua pihak yang berani melawan Putin secara terang – terangan, maka tak ada yang berani menjamin keselamatan mereka. Sekalipun mendapat dukungan penuh dari organisasi militer setempat.

“Saya tidak punya rencana untuk menetap di Shelter Bom dalam waktu dekat. Karena saya memiliki pandangan yang berbeda dengan Putin,” ucap Mints melalui wawancara BBC.

“Para pebisnis di Rusia sangat layak mendapatkan hukuman terkait rezim yang ditetapkan Putin. Pemerintah tidak memberikan toleransi terhadap segala jenis kasus bisnis yang bersangkutan dengan tindak pidana,” terangnya.

“Semua pimpinan perusahaan di luar jangkauan Putin merupakan ancaman besar. Sebab mereka bisa menjadi fasilitator terjadinya protes dan berpotensi sebagai musuh terbesar pemerintah,” imbuhnya.

Menentang Putin Berimbas Pada Keselamatan Diri

Baru – baru ini Mints menyatakan bahwa dirinya sangat acuh tak acuh terhadap masa kepemimpinan Putin. Setelah sebelumnya pria 64 tahun itu menentang keras terhadap kebijakan Putin terkait aneksasi Krimea yang berlangsung di Ukraina tahun 2014 silam.

Setelah gagal untuk mendapatkan tujuannya, Mints bermigrasi ke Inggris tahun 2015 untuk meretas oposisi politik yang kian hari semakin tidak teratur. Ironisnya salah seorang politikus kenamaan Rusia, Boris Nemtsov harus kehilangan nyawanya lantaran mendapatkan tembakan atas tuduhan penentangan terhadap kepemimpinan Putin.

Diketahui bahwa Nemtsov merupakan orang paling berani menentang keras aksi Putin. Dimana peristiwa pembunuhan tersebut menjadi kasus politis terbesar sepanjang masa. Ironisnya beberapa pihak berwenang tidak terlibat langsung dalam menangani kasus tersebut.

Di awal 2017, perusahan investasi 01 Group di bawah kepemilikan Mints mulai melihat adanya tidak keseimbangan antara stabilitas ekonomi dan politik. Sebab perusahaan tersebut mengalami konflik intern terhadap Bank Sentral Rusia. Pihaknya pun mengambil jalan lain dengan cara membawa proses hukum terhadap sejumlah yuridiksi untuk menyelamatkan diri dari berbagai ancaman di luar dugaan.

Beberapa tahun berselang, Mints dianggap sebagai lawan baru Putin yang berpotensi menggerakkan orang – orang yang kontra terhadap Putin untuk menentukan tindakan perlawanan. Hal tersebut mengacu pada tindakan pengusaha terkaya Rusia, Mikhail Khodorkovsky yang secara terbuka memberanikan diri untuk mengakhiri masa jabatan Putin.

Namun sayangnya Khodorkovsky gagal dalam melancarkan aksinya hingga dirinya mendekam di bui selama lebih dari 10 tahun atas tuduhan penggelapan dana perpajakan yang bermotif politik.

Beberapa waktu lalu dua oligark Rusia, Oleg Deripaska dan Mikhail Fridman mundur dari rencana Mints dalam melakukan pengkritikan terhadap Putin terkait perluasan invasi dan masa perdamaian di Ukraina.

Fridman tidak berani berlarut – larut dalam jebakan Mints dan menyatakan kemunduran dirinya demi menjaga nama baik perusahaan dan seluruh pekerjanya.
Alih – alih menyetujui permintaah Fridman, Mints mendapatkan dukungan penuh dari taipa, Rusia, Oleg Tinkov untuk menghentikan invasi yang berkelanjutan di wilayah Ukraina.

“Peperangan tersebut bukan jalan yang tepat untuk mengambil alih kekuasaan yang telah lama berdiri. Perlakuan tersebut tak lebih baik dari masa penjajahan global,” ujar Mints.
“Masa invasi itu adalah wujud seorang penguasa bengis. Bala tentaranya dan dukungannya pun berpotensi merusak citra dan nama baik bangsa,” sambungnya.

Usung Misi Politik Lama

Mints dan Putin merupakan orang terbesar di Rusia. Keduanya menjalin hubungan bisnis sejak tahun 1990-an. Akan tetapi pertemuan penting mereka terjadi pada tahun 2000-an. Lebih tepatnya sejak Putin menjabat sebagai orang nomor satu di Rusia.

Pada saat itu, Mints yang merupakan kepercayaan mantan Presiden Boris Yeltsin lebih merujuk pada pembahasan reformasi kepemerintahan demi menciptakan negara demokrasi.
Akan tetapi Putin yang tidak suka dengan suara tersebut langsung memutus hubungan dengan Mints dalam jangkauan kenegaraan. Karena baginya, pihaknya akan dirugikan dengan segala macam tuduhan tak berguna.

“Sebetulnya Putin menerima saran saya, tapi Ia tidak menjawab atau bahkan menanggapinya. Malahan dia memecat saya secara tidak terhormat,” tegas Mints.

“Tentu bukan masalah besar bagi saya jika tidak berada dalam naungan pemerintah. Namun saya masih memiliki misi politik yang layak diperjuangkan untuk masyarakat luas,” katanya.
Menyikapi hal tersebut, Mints langsung bergabung dengan sejumlah investor ternama dan menjelma sebagai broker saham terbesar di Rusia.

Hingga kini Putin mengecam ancaman yang bermula dari para oligark yang di antaranya adalah Mints. Tapi sang miliarder itu menganggap bahwa oligark bukan organisasi anti-Putin.
“Tidak semua pebisnis Rusia adalah Oligark, dan mereka pun tidak selamanya mendukung Putin,” ucap Mints.

“Kami berhak mendapatkan jaminan kesejahteraan dalam hidup. Karenanya invasi bermotif politik ini segera dihentikan,” tutupnya.